A.
Konsep Dasar
1. Hakikat
manusia
Freud berpendapat bahwa
manusia berdasar pada sifat-sifat
a. Anti
rasionalisme
Rene Descartes adalah
tokoh yang pertama kali meletakkan dasar teori rasional dalam wacana filsafat
Modern, terutama pada kesadaran budi (akal/rasio) sebagai upaya pencapaian
kebenaran (antoposentris). Menurutnya, rasio menjadi sumber dan pangkal segala pengertian,
sedangkan budi memegang pimpinan dalam segala pengertian. Yang termasuk ke
dalam hakikat manusia antara lain :
Pandangan tentang manusia.
a) Manusia
cenderung pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik.
b) Manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatn irasional, motivasi-motivasi tidak sadar,
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah
c) oleh
peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi pada masa lalu dari kehidupannya.
d) Tingkah
laku manusia
1. ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan biologis dan insting-instingnya,
2. dikendalikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lampau dan ditentutkan oleh faktor-faltor
interpersonal dan intrapsikis.
e) Pandangan
tentang Kepribadian
1. Tingkatan
Kesadaran.
3. tingkatan
yang memiliki fungsi mengingat, menyadari, dan merasakan sesuatu secara sadar.
4. Kesadaran
ini memiliki ruang yang terbatas dan tampak pada saat individu menyadari
berbagai stumulus yang ada disekitarnya.
5. Tingkatan
kesadaran yang menyimpoan ide, ingatan, dan perasaan yang berfungsi mengantarkan
ke tingkat kesadaran.
6. Bukan
merupakan bagian dari tingkat kesadaran, tetapi merupakan tingkatan lain yang
biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyedari sesuatu
2. Ketidaksadaran.
1. Tingkatan
dunia kesadaran yang terbesar dan sebagai bagian terpenting dari struktur
psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya
yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalam ketidaksadaran.
2. Tingkah
laku manusia sebagian besar didorong oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan
di tingkat ketidaksadaran ini.
Struktur Kepribadian.
f) Kepribadian
manusia terdiri atas tiga sub sistem, yaitu id, ego dan super ego.
a. Id
adalah sistem dasar kepribadian yang merupakan sumber dari dari pada segala
dorongan instinktif, khususnya seks dan agresi.
b. Ego
merupakan aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan individu untuk berhubungan
dengan dunia realita.
c. Super
Ego merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai kontrol internal, yang terdiri
dari kata hati (apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan) dan
Ego-ideal (apa yang seharusnya saya menjadi).
g) Dinamika
Kepribadian
a. Psikoanalisis memandang bahwa organisme
manusia sebagai sistem energi yang kompleks.
b. Energi
beresal dari makanan (energi fisik) yang dapat berubah menjadi energi psikis.
c. Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikan dan
digunakan oleh id, ego, dan super ego.
h) Perkembangan
Kepribadian.
a. Kepribadian
individu mulai terbentuk pada tahuan-tahun pertama di masa kanak-kanak.
b. Pada
umur 5 tahun struktur dasar kepribadian individu telah terbentuk, pada
tahun-tahun berikutnya hanya menghaluskan struktur dasar tersebut.
c. Perkembangan
kepribadian berkenaan dengan bagaimana individu belajar dengan cara-cara baru
dalam mereduksi ketegangan atau kecemasan dialami dalam kehidupannya.
d. Ketegangan
atau kecemasan tersebut bersumber pada empat unsur, yaitu (1) proses
pertumbuhan fisiologis, (2) frustasi, (3) konflik, dan (4) ancaman.
B. Asumsi Pribadi
Sehat dan Bermasalah
Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika
individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah, mampu belajar dalam
mengatasi tekanan dan kecemasan, memiliki kesehatan mental yang baik yaitu
hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
Sedangkan pribadi yang bermasalah adalah jika terdapat
dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego dan Superego, dimungkinkan Ego
selalu mengikuti dorongan-dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau Ego
selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan
dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak-kanak.
C. Mekanisme
Pertahanan Diri
Bagaimana
ego mengatasi konflik antara tuntutan realitas, keinginan id, dan hambatan
super ego? Freud menerangkan mekanisme-mekanisme pertahanan yang digunakan oleh
individu untuk mengatasi kecemasan dan mencegah terlukanya ego. Individu
menggunakan pertahanan tergantung pada taraf perkembangan dan tingkat kecemasan
yang dialaminya. Beberapa mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan oleh
Freud, di antaranya :
a.
Denial / Penyangkalan
Penyangkalan
adalah pertahanan melawan kecemasan dengan menutup mata terhadap kenyataan yang
mengancam. Individu mempunyai kecenderungan untuk menolak sejumlah aspek
kenyataan yang terlalu menyakitkan untuk diterim
b.
Proyeksi
Proyeksi adalah
mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada
orang lain. Dengan proyeksi, individu akan menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang dibuatnya sendiri, dan menyangkal bahwa dia memiliki dorongan
negatif
c.
FiksasI
Fiksasi yaitu
terpaku/tetap pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena individu
memiliki kecemasan untuk mengambil langkah ke tahap berikutnya. Anak yang
memakai mekanisme pertahanan fiksasi biasanya mempunyai hambatan dalam
perkembangan dan menjadi tidak mandiri
d.
Regresi
Regresi
yaitu melangkah mundur ke tahap perkembangan sebelumnya dimana
tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar
e.
Rasionalisasi
Rasionalisasi
adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” untuk menghindarkan ego dari
cedera, memalsukan diri sehingga kenyataan yang mengecewakan menjadi tidak
begitu menyakitkan
f.
Sublimasi
Sublimasi
yaitu menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau lebih dapat diterima
secara sosial, mekanisme pertahanan sublimasi ini lebih bersifat positif karena
individu mencari jalan lain bagi pengungkapan perasaan agresinya dengan cara
yang lebih bermanfaat
g.
Displacement
Displacement adalah
mengarahkan energi kepada obyek atau orang lain ketika obyek asal tidak
terjangkau
h.
Represi
Represi
adalah melupakan peristiwa traumatis yang bisa membangkitkan kecemasan, dengan
menekannya ke alam bawah sadar sehingga tidak lagi menjadi hal-hal yang
menyakitkan. Represi merupakan salah satu konsep Freud yang paling penting,
karena merupakan dasar bagi sebagian besar pertahanan ego yang digunakan
individu
i.
Formasi
Reaksi
Formasi
reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak
sadar. Ketika perasaan-perasaan yang lebih dalam menimbulkan ancaman, maka
individu berusaha menampilkan tingkah laku yang berlawanan untuk menyangkal
perasaan-perasaan negatifnya.
D. Tujuan
Menurut
Corey (2005), tujuan terapi psikoanalisa adalah untuk membentuk kembali
struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa,
dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa
kanak-kanak. Membantu konseli untuk membentuk kembali struktur karakternya
dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh konseli.
Secara spesifik, membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan
(ketidaksadaran) yang mengakibatkan kecemasan kearah perkembangan kesadaran
intelektual, menghidupkan kembali masa lalu
konseli dengan menembus konflik yang ditekan, memberikan kesempatan kepada
konseli untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
E. Peran
Konselor
Karakteristik
konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta hanya
berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran
utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam
menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka
memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
Konselor
membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian
kegiatan mendengarkan dan menafsirkan. Konselor juga memberikan perhatian
kepada resistensi konseli untuk mempercepat proses penyadaran hal-hal yang
tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan
mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi
konseli, konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal dari
konseli. Salah satu fungsi utama konselor adalah mengajarkan proses arti proses
kepada konseli agar mendapatkan pemahaman terhadap masalahnya sendiri,
mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah, sehingga konseli mampu
mendaptakan kendali yang lebih rasional atas hidupnya sendiri.
F. Peran
Konseli
Konseli
harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan
asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam
pikirannya, karena produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan
konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus
untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling. Dalam pelaksanaan
konseling psikoanalisis, klien menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada
tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
G. Teknik
Konseling
- Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan klien untuk
menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan
pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga klien mudah mengungkapkan
pengalaman masa lalunya. Klien diminta mengutarakan apa saja yang
terlintas dalam pikirannya. Tujuan teknik ini adalah agar klien
mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi yang
berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini disebut juga
katarsis.
- Analisis mimpi, klien diminta untuk mengungkapkan
tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk
menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang
belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur
pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke
permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya
mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
- Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang
terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas,
mimpi, resistensi, dan transferensi klien. Konselor menetapkan,
menjelaskan dan bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang
termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
- Analisis resistensi; resistensi berati penolakan,
analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap
alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta
perhatian klien untuk menafsirkan resistensi
- Analisis transferensi. Transferensi adalah
mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini,
klien diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa
lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh
klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Biasanya klien
bisa membenci atau mencintai konselor. Konselor menggunakan sifat-sifat
netral, objektif, anonim, dan pasif agar bisa terungkap tranferensi
tersebut.
H. KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN PENDEKATAN PSIKONALISIS
a.
Kelemahan dari pendekatan ini
adalah:
1.
Pandangan yang terlalu determistik
dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2.
Terlalu banyak menekankan kepada
masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh
masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab
individu berkurang.
3.
Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4.
Kurang efisien dari segi waktu dan
biaya
b.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1.
Penggunaan terapi wicara
2.
Kehidupan mental individu menjadi
bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan
manusia.
3.
Pendekatan ini dapat mengatasi
kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan
transferensi-trasnferensi.
4.
Pendekatan ini memberikan kepada
konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami
sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.